KUA Kalasan Selenggarakan Sarasehan Radikalisme Keagamaan
Bertempat di ruang pertemuan kantor setempat, pada Rabu, 20 Agustus 2014 KUA Kecamatan Kalasan menyelenggarakan Sarasehan Antisipasi Radikalisme Keagamaan. Penyelenggaraan sarasehan ini dilatarbelakangi maraknya pemberitaan di media massa tentang Gerakan ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria). Dengan kegiatan sarasehan ini, diharapkan masyarakat mendapatkan informasi yang proporsional sehingga tercipta situasi yang kondusif, tercipta suasana yang aman dan tenteram serta tercipta kehidupan beragama yang rukun dan toleran. Bertindak sebagai Pemateri adalah Iptu Sutarto, Kanit Intel Kepolisian Sektor Kalasan dan Eko Mardiono, S.Ag., MSI., Kepala KUA Kecamatan Kalasan.
Iptu Sutarto menyampaikan bahwa ISIS memang sudah menjadi issu pemberitaan utama media massa, baik media cetak maupun elektronik. Oleh karenanya, masyarakat dihimbau dapat menerima informasi ini secara jernih dan cerdas. Tidak mudah termakan isu sehingga gampang berbuat kekerasan dan anarkisme. Berdasarkan data yang ada, di Indonesia ini ISIS sudah mempunyai kepengurusan mulai dari Pimpinan Tingkat Nasional sampai ke daerah. Pengikutnya pun sudah cukup banyak. Bagi masyarakat, termasuk para tokoh agama dan pimpinan organisasi sosial keagamaan, agar jeli dan waspada terhadap perkembangan sosial di lingkungannya masing-masing. Lebih baik melakukan pencegahan sejak dini daripada melaksanakan tindakan setelah kejadian.
Iptu Sutarto mengharapkan agar masyarakat mencermati segala isu dan berita yang ada. Berita yang berkembang beraneka ragam. Misalnya adanya berita yang mewartakan bahwa ISIS bukanlah organisasi teroris. Menurut berita tersebut, ISIS justru ingin menghilangkan gerakan terorisme di Indonesia. ISIS tidak memerintahkan pengikutnya untuk berperang di Indonesia. Bagi ISIS, medan perangnya adalah Iraq, Syiria, dan Timur Tengah.
Oleh karena itu, demikian Iptu Sutarto, menghadapi fenomena berita tersebut yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan adanya keikutsertaan seorang warga negara Indoensia sebagai pengikut ISIS, sebab bisa jadi mereka akan ikut serta berperang mengangkat senjata di medan perang, di Timur Tengah. Selain itu, yang juga perlu diwaspadai adalah kemungkinan menjadi pengikut ISIS, yang berarti mereka akan menjadi warga negara ISIS, sebab ISIS itu sendiri telah mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara baru. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ada seorang Kepala Daerah yang akan mencabut status kependudukan warganya jika ia bergabung ke ISIS.
Iptu Sutarto mengharapkan agar masyarakat mencermati segala isu dan berita yang ada. Berita yang berkembang beraneka ragam. Misalnya adanya berita yang mewartakan bahwa ISIS bukanlah organisasi teroris. Menurut berita tersebut, ISIS justru ingin menghilangkan gerakan terorisme di Indonesia. ISIS tidak memerintahkan pengikutnya untuk berperang di Indonesia. Bagi ISIS, medan perangnya adalah Iraq, Syiria, dan Timur Tengah.
Oleh karena itu, demikian Iptu Sutarto, menghadapi fenomena berita tersebut yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan adanya keikutsertaan seorang warga negara Indoensia sebagai pengikut ISIS, sebab bisa jadi mereka akan ikut serta berperang mengangkat senjata di medan perang, di Timur Tengah. Selain itu, yang juga perlu diwaspadai adalah kemungkinan menjadi pengikut ISIS, yang berarti mereka akan menjadi warga negara ISIS, sebab ISIS itu sendiri telah mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara baru. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ada seorang Kepala Daerah yang akan mencabut status kependudukan warganya jika ia bergabung ke ISIS.
Sementara itu, Eko Mardiono, S.Ag., MSI., memberikan materi tentang Kerukunan dalam Kehidupan Beragama. Lewat artikelnya Berbhineka Menggapai Hidup Damai dan Sejahtera, Eko Mardiono menyampaikan bahwa Islam datang ke muka bumi membawa misi utama Islam sebagai rahmat bagi alam semesta sebagaimana firman-Nya: “Tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS Al-Anbiya’: 107). Tujuan akhir dari pelaksanaan tuntunan agama adalah terbentuknya pribadi Muslim yang berkepribadian mulia atau berakhlakul karimah. Muhammad saw menyatakan: “Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR Ahmad).
Selain itu, Eko Mardiono juga menyampaikan bahwa perbedaan di dunia ini sudah menjadi sunnatullah. Sebuah kenyataan alam yang harus diterima oleh semua pihak. Misalnya sebagaimana firman-Nya dalam Al-Hujurat: 13). Bahkan, Allah swt sengaja menciptakan perbedaan sebagai media untuk menumbuhkan kompetisi positif di kalangan hamba-Nya. Allah berfirman: “.... untuk tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang, sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.....” (QS Al-Madinah (5): 48).
Oleh karena itu, demikian Eko Mardiono, dalam kehidupan ini harus saling toleransi dan saling menghargai perbedaan. Allah memberikan tuntunan; “Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS Al-Kafirun: 6), dan “....Katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu, Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu, tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kita kembali" QS Asy-Syura (42): 15).
Di akhir uraiannya, Eko Mardiono memaparkan bahwa dalam menyelesaikan problema kehidupan harus mengedepankan kelemahlembutan bukan kekerasan. Justru kelemahlembutan inilah yang mampu menyelesaikan permasalahan secara efektif. Hal ini terlihat dalam firman Allah swt: “Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS Ali Imran (3): 159).