Header Ads

Kepala KUA Kalasan Ikuti Bimtek Baca Kitab Kuning

Kepala KUA Kecamatan Kalasan, Eko Mardiono, S.Ag., MSI., mengikuti Bimbingan Teknis Membaca Kitab Kuning yang diselenggarakan oleh Seksi Kepenghuluan Bidang Urais dan Pembinaan Syariah Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepala Seksi Kepenghuluan, Drs. Sa’ban Nuroni, MA, menyampaikan bahwa Bimtek ini diikuti oleh para alumni peserta workshop Baca Kitab Kuning yang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu. Bimtek ini dilaksanakan dengan model short course sebanyak 12 kali pertemuan. Pemateri Bimtek ini dipilihkan para narasumber yang berkompeten di bidangnya. Mereka adalah KH Drs. Habib M. Syakur. MA (pengasuh Pondok Pesantren Al-Mi’daad Pandak, Bantul) dan KH Aly As’ad (pengasuh Pondok Pesantren Plosokuning Minomartani Ngaglik Sleman).

Menurut Sa’ban, para peserta Bimtek Baca Kitab Kuning ini nantinya diharapkan mempunyai kompetensi dan kualifikasi dalam membaca Kitab Kuning. Yang dimaksud Kitab Kuning di sini ialah kitab-kitab ilmu keagamaan yang ditulis pada abad Pertengahan. Kitab-kitab tersebut ditulis dengan huruf Arab tanpa syakal (harakat). Ada dua Kitab Kuning yang dijadikan bahan kajian, yaitu Kifaayatul Akhyaar dan Fat’ul Mu’in. Kedua kitab inilah yang digunakan dalam MQK (Mushaabaqah Qiraatil Kutuub). MQK tersebut dilaksanakan setiap tahun mulai dari level kabupaten/kota, propinsi sampai nasional. Oleh karenanya, perlu dipersiapkan SDM yang mampu berkompetisi sejak dini.

Selain itu, demikian Sa'ban, dengan kemampuan membaca Kitab Kuning yang baik, diharapkan para peserta Bimtek ini mampu menggali khazanah ilmu yang terkandung dalam kitab-kitab klasik. Kepala KUA dan Penghulu akan sangat terbantu dalam menjalankan tugas dan fungsinya apabila mereka mampu menggali dan menguasai sumber ilmu keislaman yang terkandung di dalamnya.

Menurut Eko Mardiono yang menjadi salah satu peserta, Bimtek Baca Kitab Kuning sangatlah bermanfaat bagi Kepala KUA dan Penghulu. Memang, sangatlah tidak cukup apabila belajar baca Kitab Kuning hanya dilaksanakan sebanyak 12 kali pertemuan. Oleh karena itu, supaya dapat mahir dalam membaca Kitab Abad Pertengahan tersebut dibutuhkan latihan dan praktik secara kontinyu sehingga rasa bahasanya muncul. Sekarang persoalannya, maukah para Kepala KUA dan Penghulu ini membaca Kitab Kuning secara istiqomah? Idealnya, untuk menumbuhkan tradisi baca Kitab Kuning ini harus ditindaklanjuti dengan kelompok-kelompok belajar oleh para alumni Bimtek ini. Hayo bagaimana kawan-kawanku semua???.
Diberdayakan oleh Blogger.